Biografi
Yang telah pergi
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُون
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. (al Ankabut: 57)
Abi Ummiku tersayang ... kini engkau tak lagi membersamaiku.
Ketika ummi tak lagi hadir, rindu melanda, ketika tak lagi sanggup menahan diri, aku masih bisa memeluk, mencium dan menggenggam erat tangan kokoh abiku tersayang, sambil berkata :"abiii... peluk", dan abi memelukku erat, sambil kutahan agar tak menitikkan air mata. Aku tak ingin mengingatkan abi tentang ummi, aku tak ingin abi bersedih mengingat belahan jiwanya yang telah pergi mendahuluinya. Walaupun tak dapat dipungkiri abi selalu mengingat ummi dalam setiap tarikan nafasnya.
Belum kering air mataku ini, abipun pergi meninggalkanku, meninggalkan kami putra putrinya.
Abi menepati janji dan kesepakatannya untuk mati bersama-sama. Tepatnya hari Kamis, tanggal 13 September 2018 atau berselang 5 bulan 14 hari, waktu yang sangat singkat. Akhirnya pahlawanku menyusul bidadari tercintanya.
Kesepakatan dua kekasih yang tiap kali abi akan ke luar kota selalu dilontarkan. Diawali dengan eker-ekeran antara keduanya, "abi mati duluan ya mik, ngga bi ummi dulu, ngga mik, abi duluan, dijawab lagi oleh ummi:"ngga bi, abi dibutuhkan banyak orang, ummi ngga, ummi juga dibutuhkan banyak orang, jawab abi dan ummi menjawab:" kita mati sama-sama ya bii, ya mik, jawab abi."
Ciuman dan pelukan erat merupakan akhir dari setiap keinginan mati bersama kedua kekasih yang amat sangat aku cintai.
Di tengah-tengah pembicaraan keduanya aku timpali, "kalau abi, ummi meninggal barengan aku sama siapa?" Keduanya terdiam dan akhirnya selalu ummi yang menjawab, "kamu punya Zaky dan Ketrin." Aku terdiam dan bertanya dalam diriku sendiri, sanggupkah aku kehilangan pelitaku? Ku peluk keduanya berharap dan berdoa Allah memberikan umur panjang barakah pada abi dan ummi.
Jujur... urat-urat serasa lepas terhempas, hati ini bagai disayat-sayat, dua sayapku pergi dan terbang menghampiri pemilik-Nya dan ku yaqin karena Allahpun mencintai dan merindukan keduanya.
Hari-hari ini masih sering menangis dan berteriak dalam hati sedalam-dalamnya, "ya Allah... tolong aku, tolooonngggg... jiwaku pergi, ragaku hilang. Seakan aku tak lagi mampu bergerak dan berpikir baik.
Tak bolehkah aku merindu abi, ummi yang telah tiada? Aku tak meratapi kepergian keduanya, tapi sungguh aku amat sangat merindukan ciuman serta pelukannya. Aku tak lagi mampu menahan sesak dan gemuruh rindu di dadaku ini.
Tolong jaga kedua sinarku ya Rabb, masukkan kedua yang kucinta dalam Syurga-Mu bersama dengan Rasul-Mu Muhammad saw. Dan kami kelak kembali bersama dengan abi dan ummi. Aamiin.
Saat ini aku hanya berharap mampu melewati kesedihan ini dengan baik, dengan kekuatan dan kesabaran yang selalu ditanamkan oleh abi dan ummi.
Sabar sesuatu yang mudah diucapkan namun begitu sulitnya aku menerapkannya dalam kehidupan ini. Dalam perenungan diri aku sadari bahwa Allah sedang mengajarkan kepada kami kesabaran dan keikhlasan dan Allah telah mengantarkan kami menjadi lebih baik dan lebih kuat untuk menerima setiap ujian yang disajikan pada kami. Allah ajarkan banyak cinta, kasih sayang dan pengorbanan, kesatuan hati dan pikiran, perselisihan dan jalan keluar.
Pelajaran terpenting dari dua orang yang kami cintai adalah Sabar bukan satu ukuran dan batasan, namun sabar satu kelakuan, sikap serta sifat yang harus terus berlanjut sampai raga dan ruh dipisahkan.
Ya Allah... aku kangen ummi, kangen abi. Tolong sampaikan rinduku pada keduanya.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami...
Bondowoso, 17.05
Rabu, 10 Oktober 2018